Kamis, 29 April 2010

Menggowes Sepeda di Belanda





Bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di Jakarta atau kota besar lainnya di Indonesia, mungkin kehadiran sepeda dalam aktivitas sehari-hari bukanlah merupakan salah satu hal penting. Sepeda, alat transportasi beroda dua tersebut mungkin baru menjadi penting untuk orang-orang yang berprofesi sebagai tukang ojek sepeda di kawasan Kota Tua, para karyawan kantoran yang tergabung ke dalam komunitas Bike to Work, atau para pelajar serta anak-anak yang menggunakan sepeda pada saat waktu bermain di sore hari tiba.

Banyak alasan, halangan, motif dan macam-macam yang lainnya, yang membuat sepeda tidak menjadi salah satu pilihan alat transportasi bagi sebagian besar masyarakat perkotaan di Indonesia. Tanpa mengerdilkan arti sepeda di pedesaan atau daerah lainnya di Indonesia, dimana masyarakatnya masih banyak bersepeda, penggunaan sepeda di daerah perkotaan di sebagian besar wilayah di Indonesia, ternyata masih sangat minim. Padahal, kalau mau dilihat lebih jauh, manfaat sepeda bagi kesehatan seseorang dan lingkungannya sangatlah besar.

Oke, saya tidak akan mengajak kita semua untuk mendebatkan pro-kontra pemakaian sepeda di kota-kota besar di Indonesia (baca: terutama Jakarta) dalam tulisan ini. Yang ingin saya sajikan, bagikan, dan mungkin lebih lanjut didiskusikan adalah, mengenai sepeda di sebuah Negeri nun jauh di sana. Negeri yang hampir sebagian besar penduduknya akrab dengan sepeda dan benar-benar bisa mengimplementasikan manfaat sepeda bagi kehidupan bermasyarakat serta lingkungannya. Negeri yang berani melakukan banyak inovasi. Negeri yang terkenal dengan julukan Negeri Kincir Angin, Negeri Jagonya Dam (ini lebih merupakan sebuah julukan yang saya karang sendiri, hehe…). Yap, tentang Sepeda di Belanda. Ik praat over de Fietsvakanties in Nederland. ;)

Mungkin saja memang, sepeda bukan merupakan sesuatu yang “wah” untuk Belanda dan masyarakatnya. Dikarenakan sepeda sudah menjadi bagian sehari-hari bagi masyarakat Belanda. Keistimewaan sepeda bagi orang Belanda yang saya maksud lebih kepada kehadiran sepeda dan pemakaiannya pada aktivitas sehari-hari di sana. Bahkan saking akrabnya orang Belanda dengan sepeda, Amsterdam, ibukota Belanda, sampai-sampai menempati urutan pertama kota-kota di dunia yang paling “ramah” terhadap sepeda. (sumber: http://www.virgin-vacations.com/11-most-bike-friendly-cities.aspx).

Sepeda merupakan alat transportasi yang tentunya ramah lingkungan. Tidak dibutuhkan bahan bakar apapun untuk mengoperasikannya. Oleh karena itu, sepeda tidak menghasilkan efek yang buruk bagi lingkungan. Selain itu, manfaat langsung yang bisa orang rasakan dari bersepeda adalah sebagai salah satu cara berolah raga murah dan meriah. Apalagi jika bersepeda secara rutin, dijamin badan akan menjadi bugar dan sehat.

Sambil bersepeda, kita juga dapat menikmati dan lebih mengenal lingkungan sekitar kita.Mungkin poin-poin tersebutlah yang menjadi acuan utama bagi masyarakat di Belanda untuk menjadikan sepeda sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Ditambah pula, sarana dan fasilitas untuk bersepeda juga tersedia secara baik dan didukung oleh Pemerintah dengan menyediakan jalur sepeda yang nyaman dan aman, plus sistem untuk mengamankan sepeda dari pencurian. Tidak heran kalau 40 persen dari pergerakan lalu lintas di Belanda dikuasai oleh sepeda, dan Belanda pun mendapatkan julukan lain lagi yaitu, Ibukota Sepeda di Dunia. (sumber: www.virgin-vacations.com)

Dari informasi yang saya dapat di situs http://bataviase.co.id, tidak peduli resesi, masyarakat Belanda masih rela merogoh kocek mereka dalam-dalam untuk membeli sepeda. Hampir satu miliar Euro atau 13,2 triliun Rupiah dihabiskan warga Belanda dalam satu tahun untuk membeli sepeda. Sekitar 1,3 juta sepeda terjual di Belanda tahun lalu, dengan harga rata-rata 713 Euro atau 9,4 juta Rupiah per unit, menurut asosiasi industri Belanda pada Senin, 25/1/2010.

Fakta menarik lainnya adalah, total pendapatan sebesar 950 juta Euro untuk 2009, naik 4 persen dibanding 2008, dengan harga jual per sepeda juga naik 3,5 persen. Karena Belanda termasuk Negara berpenduduk padat, sepeda dipilih menjadi salah satu moda transportasi favorit. Terlebih ada jalan yang dibuat khusus untuk pengendara sepeda dengan total sepanjang 18.000 kilometer. Data statistik International Bicycle Fund menunjukkan persentase akumulasi perjalanan dilakukan dengan sepeda di Belanda lebih tinggi daripada Negara lain di dunia. Menurut Statistik pula, pada tahun 2007, hampir satu dari empat pekerja Belanda pulang-pergi rumah-tempat kerja dengan sepeda. Wow!

Meskipun sepeda bukan diciptakan oleh orang Belanda dan juga bukan merupakan alat transportasi yang berasal pertama kalinya dari sana, sepeda sudah ada dan dibuat di Belanda selama lebih dari 140 tahun lamanya. (sumber: situs Radio Nederland Wereldomroep) Lebih jauh, sepeda bagi orang Belanda sudah merupakan bagian dari Belanda itu sendiri, seperti halnya bunga tulip dan kincir angin. Maka, sepeda dan perniknya pun telah menjadi kebudayaan khas dari Negara ini.

Kebudayaan bersepeda sudah tidak bisa lepas dari keseharian masyarakat Belanda. Kebudayaan menarik yang sehat dan juga bermanfaat. Sarana, infrastruktur jalan yang sangat menunjang, serta kesadaran masyarakat Belanda menjadi spirit berkembangnya sepeda menjadi kultur khas Belanda yang besar. Hal lain yang juga dapat membangkitkan semangat adalah, Pemerintahnya berencana membangun tempat parkir raksasa yang mampu menampung sampai dengan 10.000 sepeda di stasiun utama kota Amsterdam.

Lain Pemerintah, lain masyarakatnya. Kultur bersepeda yang sudah sangat diresapi oleh orang Belanda membuat beberapa orang Belanda di sana tertantang untuk merancang sepeda hasil karya mereka sendiri. Bagi para disainer sepeda ini, kebiasaan dan ketertarikan masyarakat Belanda terhadap sepeda memicu mereka untuk menciptakan model-model sepeda yang unik, sedap dipandang mata serta tetap fungsional. Ditambah pula, Belanda juga dikenal sebagai pabriknya produsen sepeda terbesar di Eropa. Terdapat 15 produsen besar penghasil sepeda di Belanda.

Ada tiga contoh cerita tentang perancang sepeda di Belanda yang memiliki rancangan sepeda yang berbeda-beda. Rancangan pertama, sepeda bernama Duchess, diciptakan oleh Wytze van Wansum. Dalam rancangan Wytze, sepeda Duchess tidak membutuhkan banyak perawatan. Semua kabel misalnya dimasukkan ke dalam pipa. Sepeda Duchess menarik. Sepintas, Duchess tampak seperti sepeda biasa, dalam model yang disebut omafiets, sepeda nenek-nenek, dalam bahasa Belanda. Tetapi kalau diamati dengan seksama akan terlihat bentuknya yang elegan dan sederhana. Tampaknya perusahaan Amerika Cannondale akan memproduksinya untuk pasar Amerika.

Rancangan sepeda berikutnya diciptakan oleh Herman van Hulsteijn yang diberi nama Cyclone. Ciri utama sepeda Cyclone rancangan Herman van Hulsteijn adalah kurva panjang yang melengkung dari sadel ke setir dan berakhir di ban belakang. Mereka yang naik sepeda rancangan Herman akan tampak seperti mengapung di udara. Fungsionalitas merupakan hal yang paling diperhatikan Herman. Ia berencana bepergian ke Milan, Italia, bersama temannya dengan mengendarai Cyclone untuk memamerkan manfaat dari sepeda tersebut di sana.

Rancangan ketiga datang dari Tjeerd Veenhoven, sepeda rancangan Veenhoven dinamakan Ordinary Carbon Bike. Menurut Veenhoven, gabungan antara keindahan dan manfaat sepeda adalah hal utama. Sepeda rancangannya menggunakan serat arang dan ada yang menyebutnya sepeda pita karena bentuknya memang menyerupai pita untuk membungkus kado.

Belanda dan sepeda. Suatu kultur yang adidaya. Hal yang nampak remeh namun sebenarnya dapat menjadi sesuatu hal berfaedah. Salah satu “Inovasi” yang dimiliki Belanda yang telah lama berkembang, dijalankan, dan terpelihara secara baik, lalu akhirnya menjadi alat untuk memanusiakan dan menyehatkan masyarakatnya. Terbukti memang, jika suatu hal kecil dipelihara dan difasilitasi secara baik, maka hal kecil tersebut bisa mendatangkan keistimewaan tertentu. Dan Belanda telah membuktikannya. Sambil bersepeda, kita bisa menjaga kesehatan serta lingkungan sekitar. Mari kita di Indonesia, khususnya Jakarta, belajar banyak dari sana.


Readmore »»